thumbnail

Penantian (Puisi Covid-19)

Pagi ini pipinya basah lagi. Melankoli.
Padang rezekinya telah menjadi tanah larangan
wabak sedang memamah nyawa
di setiap inci negeri.
Bayangan maut tiba-tiba muncul
mengacah-acah sehingga dia tersedar
cangkulnya masih di genggaman
lalu dia mengais-ngais tanah
di belakang rumah. Dia menanti
benih harapan yang ditabur baja usaha
berbuah mewah. Batinnya menjerit
“Bilakah bencana ini akan berakhir?”
bayangan maut tidak lagi menggerunkan
ketakutannya ditenggelami bunyi keroncong
dari perut anak dan isteri.

Isterinya di rumah sedang menunggu
suami pulang membawa mimpi
seperti mimpi malam tadi –
tong beras melimpah-limpah,
bekas gula dan garam sarat,
dapurnya berbau aneka menu.
Penantiannya kucar tatkala terbayang
wajah-wajah polos yang masih nyenyak
dia pantas mencari-cari lebihan semalam
untuk diadun menjadi sarapan
sebelum dia mendengar, “Ibu, kami lapar.”

Marini Azahri


Free IPTV @5tr0kk +500 Channel


Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments

loading...